Jakarta, (variabanten.com)-Amputasi hak kemerdekaan dan hak demokrasi ditengah dinamika politik menuju pilpres 2024 mulai terasa dimana-mana, hukum dipakai untuk membungkam para kritikus, aktivis dan mereka yang bicara jujur terhadap situasi hari ini.
Intimidasi dan ancaman terus terjadi dan dilakukan atas nama negara sekaligus menjadi wajah baru demokrasi yang sangat memperhatikan saat ini.
Kepala negara berlaga seperti negarawan yang netral padahal hanya manis dibibir saja, tapi pelaksanaan dilapangan justru berbeda alias berbanding terbalik, semua orang hidupnya penuh kecemasan, padahal sesuai arahan kepala negara bahwa berpolitiklah dengan riang gembira, bahkan politik menuju pilpres 2024 harus dijalani dengan riang gembira, tapi faktanya semua orang hidup tertekan, dan kebebasan berekpresi digembosi dengan cara-cara yang tidak mendidik.
Muncul di TV nasional dan bahkan media nasional lainnya para utusan yang berdebat dengan argumen yang pernuh dengan akal-akalan untuk membantah penilaian publik terhadap situasi dan kondisi politik saat ini untuk menutupi kebohongan-kebohongan yang jelas terlihat bahkan tidak jauh dari harapan kita.
Banyak generasi muda dan pakar hukum dan pakar analis politik membohongi diri sendiri dengan membuat argumen sentimen untuk sebuah pembenaran.
Mereka terlihat krisis moral, etika, bahkan kekeringan intelektual, bahkan mereka lupa terhadap sejarah bangsa ini, bagi mereka yang terpenting adalah calon presiden yang mereka dukung terpilih dengan cara apapun. VB-Putra Trisna.
Comments are closed