15+ Contoh Perilaku Konsumen Lengkap dengan Kasusnya

  • Home
  • BISNIS
  • 15+ Contoh Perilaku Konsumen Lengkap dengan Kasusnya
Contoh Perilaku Konsumen

Contoh perilaku konsumen dapat kita temui di sekitar kita. Setiap hari perilaku konsumen pasti terjadi karena aktivitas ekonomi terus berjalan di Indonesia.

Perilaku konsumen mengacu pada studi tentang “Bagaimana konsumen membuat keputusan mengenai apa yang akan mereka beli, kapan dan berapa yang akan dibeli.” 

Bagian penting dalam pemasaran ini, tentu dapat membantu Anda dalam memahami kebutuhan dan keinginan konsumen. Namun pemahaman teori saja tidaklah cukup, Anda perlu mengetahui kumpulan contoh berikut ini untuk memahami dan menerapkannya dengan lebih baik. Simak, yuk!

1. Pengenalan Masalah

Perilaku yang paling awal dalam perilaku konsumen adalah pengenalan masalah. Maksudnya apa? Yaitu ketika pihak konsumen mulai menyadari ada masalah dalam dirinya. 

Masalah bisa berupa kebutuhan atau keinginan konsumen. Baik itu konsumen secara perorangan maupun kelompok. Saat masalah mulai disadari maka akan terjadi sebuah perilaku konsumen yang sesuai dengan analisa Sigmund Freud.

Bisa dari kebutuhan pribadi, dan bisa juga dari keinginan yang tertahan dari sang konsumen. Di bawah ini adalah contoh kasusnya.

Katakanlah ada seorang pelajar laki-laki bernama Budi. Ia pergi ke sekolah setiap hari tanpa memikirkan lawan jenis. Lalu pada suatu hari ia menonton film dan menyadari bahwa rambutnya kurang rapi.

Sejak saat itu ia menyadari bahwa dirinya butuh ke tukang cukur atau membeli cairan gel rambut. Di momen ini ia telah mengenal masalah yang ada pada dirinya dan berpotensi menjadi konsumen dari sebuah produk.

2. Mencari Informasi Produk

Perilaku konsumen yang bisa dijadikan contoh selanjutnya adalah mencari informasi produk. Ketika konsumen telah menyadari masalah yang dimiliki, tentu selanjutnya ia berpotensi mendatangi produk atau jasa yang ia inginkan.

Suatu momen ketika konsumen mencari informasi dari produk dan jasa yang dibutuhkan, momen tersebut ada di fase input. Yaitu sebuah teori ketika brand atau merek difokuskan pada produk, harga, tempat, dan promosi.

Di bawah ini adalah contoh kasus perilaku konsumen yang bisa Anda pahami..

Misalnya, seorang ibu muda yang memiliki balita usia 1 tahun menyadari bahwa anaknya membutuhkan nutrisi tambahan yang seimbang selain dari asupan sehari-hari dan ASI. 

Sejak saat itu sang ibu merasa dirinya membutuhkan susu formula untuk anaknya. Maka ia akan berusaha mendapatkan informasi, baik dengan mendatangi toko secara langsung maupun melalui internet.

Di momen ini ia hanya ingin melihat informasi saja, seperti seputar harga produk, kandungan gizi, daftar merek, hingga kategori produk berdasarkan usia anak.

3. Membicarakan Produk dengan Orang Terdekat

Contoh perilaku konsumen selanjutnya adalah membicarakan produk dengan orang terdekat. Pada tahap ini konsumen akan dipengaruhi oleh individu lain dalam mengambil keputusan.

Ada juga yang menyebut hal ini dengan word of mouth yang dimana sangat efektif dalam menjual produk dan jasa. Alasan mengapa pengaruh semacam ini bekerja dengan baik adalah karena ketika orang berbicara tentang suatu produk, mereka tidak hanya memberi tahu seberapa baik atau buruknya produk itu, tetapi juga mengapa mereka menyukainya.

Di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Sebelumnya kita telah belajar dari kasus Ibu muda yang membutuhkan susu formula untuk anaknya, yang langsung mencari informasi terkait produk secara langsung maupun online. 

Berbeda dengan situasi tersebut, misalnya Lita adalah seseorang yang sedang membutuhkan skincare, namun ia tidak langsung mendatangi store offline maupun online.

Ia merasa informasi dan review produk yang diinginkan bisa diketahui melalui sahabatnya, yang kebetulan sudah menggunakan produk tersebut sebelumnya. 

Lita bertanya kepada sahabatnya, apakah produk yang dimaksud benar-benar memberikan manfaat seperti yang dijanjikan dalam iklan atau tidak. Lalu sahabat Lita memberitahu pengalamannya setelah menggunakan produk tersebut.

Hal ini menjadi salah satu perilaku konsumen yang cukup lumrah. Sesuai juga dengan teori bahwa keputusan pembelian pihak konsumen dipengaruhi oleh individu lain.

4. Mengenal Produk dari Media Digital

Nyatanya di era digital sangat mudah untuk mendapat informasi suatu produk. Maka contoh perilaku konsumen selanjutnya adalah mengenal produk dari media digital.

Pada momen ini konsumen akan mengalami model Pavlovian. Jika pengguna melihat sesuatu yang mereka sukai di media sosial atau di iklan, mereka akan cenderung membeli produk yang mereka lihat.

Menurut Anderson & Dill pada tahun 2000, proses tadi disebut ‘efek paparan belaka’ dan telah dibuktikan melalui banyak penelitian bahwa orang lebih cenderung membeli sesuatu jika mereka pernah melihatnya sebelumnya.

Di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Lita sebagai konsumen telah menyadari bahwa dirinya membutuhkan skincare untuk menunjang kebutuhan perawatan kulitnya.

Kebetulan ketika sedang membuka media sosial, ia melihat sebuah konten yang menarik. Dan konten tersebut membahas soal brand skincare yang selama ini menarik perhatiannya.

Semenjak itu ia menjadi sangat tertarik pada merek perawatan kulit tersebut dan ingin segera membelinya, entah itu secara offline maupun check out secara online.

Artinya apa? Keputusan Lita membeli sebuah produk dipengaruhi oleh drive yang tepat. Yaitu rangsangan yang memancing aksi pelanggan. Juga dipengaruhi oleh drives (kebutuhan psikologis dari pelanggan).

Baca Juga: 9 Langkah Bisnis Modal Kecil Bertumbuh via Media Sosial

5. Mencocokan Produk dengan Masalah yang Ada

Contoh perilaku konsumen selanjutnya adalah mencocokkan produk dengan masalah yang ada. Pada momen ini konsumen akan mengalami model pembelajaran.

Proses pembelajaran dimulai dengan pengenalan kebutuhan oleh konsumen. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mereka harus mencoba berbagai produk atau layanan untuk menemukan yang paling sesuai dengan preferensi dan kebutuhan mereka. 

Dalam hal ini, pelanggan menjadi ahli di bidangnya melalui proses coba-coba. Dengan cara inilah mereka belajar tentang produk dan layanan baru, serta bagaimana mereka menemukan solusi untuk kebutuhan mereka.

Di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Lita sudah menyadari masalah yang ia alami dan sudah mengetahui kira-kira produk seperti apa yang ia inginkan. Maka ia datang ke sebuah pasar (bisa pasar online atau tradisional). Kemudian mencocokan dengan kebutuhan yang ia punya.

Baca Juga: Apa itu Bisnis Online? Definisi hingga Cara Memulainya

Di momen itu Lita sudah mengetahui apa yang diinginkan ketika dirinya memasuki pasar (ini disebut preferensi yang diketahui) atau ia mungkin sedang belajar di sepanjang proses pencocokan (preferensi yang tidak diketahui).

Dalam kedua kondisi tersebut, Lita mencari sesuatu yang memang sesuai kebutuhan atau keinginannya. Ia tidak akan membeli bila setelah mempelajari produk ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhannya.

Hal itu mengindikasikan bahwa Lita mengalami learning model dalam perilaku konsumen. 

6. Mencocokan Produk dengan Kepribadian

Contoh perilaku konsumen berikutnya adalah mencocokkan produk dengan kepribadian. Pada momen ini, konsumen mengalami proses psikologis sesuai dengan teori perilaku konsumen.

Teori ini menyatakan bahwa orang mencari kesesuaian antara kepribadian mereka dan karakteristik yang dirasakan dari suatu produk atau layanan.

Di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Suatu hari Budi ingin membeli sepatu. Maka ia akan memilih sepatu berwarna gelap seperti hitam, biru dongker, dan lainnya. Sebab Budi memiliki kepribadian yang kalem dan tidak ingin menjadi pusat perhatian.

Berbeda dengan Lita yang kepribadiannya sangat suka menjadi pusat perhatian. Ia akan memilih warna terang seperti merah dan kuning untuk sepatunya.

7. Mencocokan Produk dengan Lingkungan

Contoh perilaku konsumen berikutnya adalah mencocokkan produk dengan lingkungan. Pada saat ini konsumen mengalami sociological model menurut teori perilaku konsumen.

Tinggi rendahnya penjualan produk atau jasa bisa dipengaruhi dari lingkungan sang konsumen. Sebab setiap transaksi dari konsumen biasanya ada pengaruh dari lingkungan.

Di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Mari kita gunakan contoh kasus bagaimana Budi ingin dipandang oleh orang lain. Jika Budi akan berkencan dan Budi ingin membuat seseorang terkesan, maka Budi akan mengenakan pakaian yang mahal karena sesuai dengan citra diri Budi sebagai orang yang mampu membeli pakaian mahal.

Contoh lainnya adalah ketika Livy berkunjung ke rumah Lita. Livy mencocokkan produk dengan budaya orang lain. Sebab dalam keluarga Lita menganut budaya bahwa wanita harus memakai pakaian tertutup. Maka Livy mengubah produk yang biasanya ia pakai menjadi tertutup sesuai lingkungan yang akan ia kunjungi.

Baca Juga: Siap Pahami Perilaku Konsumen dengan Lengkap dan Ilmiah

8. Mempertimbangkan Harga Produk

Contoh perilaku konsumen berikutnya adalah mempertimbangkan harga produk. Pada momen ini, konsumen mengalami fase input sesuai teori perilaku konsumen.

Pihak konsumen akan tertarik untuk mengetahui semua tentang harga suatu produk. Termasuk berapa harganya dan apakah harganya sesuai dengan anggaran mereka atau tidak?

Konsumen juga ingin tahu apakah ada diskon atau promosi yang tersedia untuk produk tertentu. Hal ini dapat membantu mereka memutuskan apakah mereka harus membeli sekarang atau menunggu sampai ada penawaran yang lebih baik.

Di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Lita dan Budi mendapat tugas kelompok untuk meneliti tanaman hias di rumah. Mereka sepakat ingin membeli tanaman hias baru agar bisa mengerjakan tugas.

Tetapi mereka sadar bahwa tanaman hias itu terkadang mahal dan perlu dirawat. Sehingga Lita dan Budi sama-sama mencari produk berdasarkan harga yang memang sesuai dengan dompet mereka.

9. Mempertimbangkan Kualitas pada Produk

Contoh perilaku konsumen berikutnya adalah mempertimbangkan kualitas produk. Pada saat ini konsumen mengalami complex buying behavior menurut teori perilaku konsumen.

Di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Sebelum membeli barang, yang lakukan Budi adalah membandingkan harga dan kualitas produk. Saat produk tersebut memiliki kualitas yang tinggi, maka Budi akan memilih produk tersebut karena dianggap bisa memberi solusi dari penggunaan produk tersebut.

Namun, jika harga murah tetapi mudah rusak, produk tersebut tidak akan dibeli. Sebab Budi mementingkan harga dan kesesuaiannya pada kualitas.

Baca Juga: Perilaku Konsumen di Era Digital: Kenali dan Hadapi

10. Mengambil Tindakan Membeli

Contoh perilaku konsumen selanjutnya adalah mengambil tindakan membeli. Pada momen ini, konsumen mengalami fase process setelah sebelumnya mengalami fase input dari sebuah merek.

Di bawah ini adalah contoh kasus perilaku konsumen dalam membeli produk…

Lita sekarang bersedia untuk membeli layanan salon. Maka, Lita yang tadinya sebagai potential buyer atau calon konsumen kini menjadi pelanggan yang sebenarnya.

Selama fase ini, Lita dapat dipengaruhi oleh rekan-rekannya, anggota keluarganya, hingga pengaruh dari teman.

Selama fase ini pula, Lita mungkin terlibat dengan berbagai bentuk media seperti unggahan di Instagram, iklan di YouTube, hingga artikel di website untuk mempelajari lebih lanjut segala tentang produk yang ingin dibeli.

Baca Juga: Cara Membuat Konten yang Menarik di Instagram dan YouTube

11. Memanfaatkan Kemudahan dalam Membayar Produk

Contoh perilaku konsumen juga bisa kita lihat pada saat pihak konsumen mempertimbangkan kenyamanan dalam membeli. Pada saat ini konsumen mengalami complex buying behavior sesuai teori perilaku konsumen.

Di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Livy sebentar lagi akan mengunjungi kawan lamanya yaitu Lita. Namun, Lita berada di tempat yang memiliki norma tersendiri soal pakaian. Sehingga Livy ingin membeli baju yang sesuai dengan budaya di sana.

Livy akan memilih baju yang mudah dibeli agar mendapat kemudahan dan kepuasan dalam waktu yang bersamaan. Misalnya, jika Livy memilih produk baju yang tidak punya pusat layanan di dekat tempat Livy, maka tidak ada kenyamanan baginya saat membeli produk tersebut.

12. Membuat Evaluasi pada Produk yang Telah Dibeli

Contoh perilaku konsumen selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap produk yang telah dibeli. Pada momen ini konsumen mengalami fase output setelah sebelumnya mengalami fase process dari sebuah merek.

Secara umum, konsumen mengevaluasi produk dan layanan dengan empat cara:

Membandingkan produk serupa dari perusahaan pesaing,
Menilai apakah suatu produk memenuhi kebutuhan atau harapan,
Menilai apakah suatu produk memenuhi standar yang ditetapkan oleh orang lain,
Menilai apakah karakteristik tertentu penting atau tidak.

Dan di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Budi membandingkan sebuah produk dengan produk lain yang sejenis, atau menilainya berdasarkan preferensi pribadi.

Budi juga membandingkan produk yang telah ia beli dengan ekspektasinya terhadap produk. Perbandingan yang Budi lakukan didasarkan pada pengetahuan tentang perusahaan atau merek berkaitan.

Baca Juga: Mobile Marketing: Tips Jitu Jangkau Konsumen Paling Strategis

13. Melakukan Pembelian Ulang

Perilaku konsumen juga bisa dilihat saat adanya pembelian ulang. Pada saat ini konsumen membeli suatu produk karena mereka puas atau karena mereka sudah terbiasa.

Di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Dan yang menjadi contoh perilaku konsumen di sini adalah, ketika Livy membeli sebuah buku, Livy mungkin sangat puas dengan buku tersebut sehingga ingin membeli buku lain dari penulis yang sama. 

Ini adalah contoh pembelian ulang karena buku pertama sangat bagus sampai Livy ingin membeli buku lain dari penulis yang sama.

Contoh lainnya adalah ketika Lita pergi berbelanja dan ia menemukan bahwa brand favoritnya meluncurkan produk baru yang ingin Lita coba. Lita mungkin sangat menyukai produk baru tersebut sehingga Lita akan terus membeli lebih banyak produk dari merek yang sama.

14. Melakukan Pembelian karena Variasi

Perilaku konsumen dapat terlihat ketika adanya pembelian karena variasi. Pada saat ini konsumen membeli suatu produk karena mereka ingin mencari keberagaman produk.

Perlu diketahui beberapa teori perilaku bisnis mengatakan bahwa kadang kala konsumen bisa beralih sementara meski sudah puas dengan merek sebelumnya. Ini sebagai usaha dari konsumen untuk mencari variasi atau keberagaman produk.

Di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Suatu hari Budi ingin beralih di antara merek-merek dalam kategori minuman. Misalnya Budi terbiasa meminum coklat, tetapi kemudian Budi mencoba merek coklat lain untuk variasi, Budi akhirnya jadi membeli dan mencoba alternatif merek lain.

15. Melakukan Pembelian karena Sudah Terbiasa

Contoh perilaku konsumen selanjutnya adalah melakukan pembelian karena sudah terbiasa. Pada saat ini konsumen mengalami teori habitual buying behavior. Artinya, beberapa konsumen melakukan pembelian karena sudah terbiasa dan tidak memikirkan apa-apa lagi.

Di bawah ini adalah contoh kasusnya…

Sebagai contoh, jika Lita selalu membeli kopi di Starbucks dan sudah terbiasa, maka Lita mungkin tidak menyadari bahwa ada kedai kopi lain di sekitar Lita.

Contoh lainnya ketika Budi membeli sampo di toko, Budi akan membeli merek yang sama karena itu lebih mudah daripada mencoba merek sampo yang lain.

Baca Juga: 10+ Manfaat Menggunakan Produk dalam Negeri, Ternyata Krusial!

Contoh Perilaku Konsumen Lainnya

Dari 15 contoh dan studi kasus perilaku konsumen di atas, sebetulnya masih bisa dikerucutkan lagi kepada hal yang lebih umum, penting, dan ringkas.

Adapun contoh perilaku konsumen dalam kehidupan sehari-hari tersebut diantaranya adalah:

Mencari informasi terkait barang atau jasa melalui internet (konsumen masa kini)
Turut mempertimbangkan dan mencari tahu barang yang dibutuhkan
Membeli produk yang sesuai keinginan dan kebutuhan
Menggunakan fasilitas kartu kredit atau debit saat mencari informasi terkait produk dan pengalaman orang lain ketika menggunakan produk yang dimaksud
Memakai kendaraan atau barang-barang dari sebuah merek
Re-buying (melakukan pembelian ulang) setelah sebelumnya merasa cocok dengan produk

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Dikutip dari Clootrack, setidaknya ada 5 faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku konsumen. Diantaranya faktor Psikologis, Sosial, Budaya, Faktor Pribadi, dan Ekonomi. Berikut penjelasannya:

A. Faktor Psikologis

Pertama, faktor psikologis menjadi penentu utama perilaku konsumen. Ini menjadi faktor yang sulit diukur, akan tetapi dapat kita rasakan dan ketahui.

Dari berbagai contoh perilaku konsumen yang telah kita bahas di atas, sekilas pun dapat kita pahami bahwa kebanyakan calon pembeli bermain dengan psikologisnya saat menentukan pembelian produk.

Beberapa faktor psikologis ini meliputi:

Motivasi (Motivation): Kebutuhan sosial, kebutuhan dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri menjadi motivasi pembelian.
Persepsi (Perseption): Bisa berupa kesan yang dibuat konsumen ketika melihat iklan, promosi, ulasan pelanggan, umpan balik media sosial, dan lainnya.
Pembelajaran (Learning): Belajar dari pengalaman ketika konsumen melakukan pembelian suatu prosuk.
Sikap & Kepercayaan (Attitude & Beliefs): Konsumen bersikap/berperilaku dengan cara tertentu terhadap suatu produk.

B. Faktor Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia hidup di antara banyak orang yang mungkin turut mempengaruhi perilaku pembelian.

Biasanya, manusia turut mempengaruhi dan meniru satu sama lain. Adapun beberapa faktor sosial ini meliputi:

Keluarga (Family): Kebiasaan yang terjadi dalam keluarganya sejak masa kecil ketika ingin membeli produk, turut mempengaruhi bagaimana konsumen memutuskan pembelian produk di masa saat ini.
Grup/Kelompok (Reference Groups): Biasanya orang dalam kelompok referensi akan memiliki perilaku pembelian sama karena saling mempengaruhi.
Peran dan Status (Role & Status): Semakin tinggi jabatan, peran, atau posisi seseorang, perilaku pembeliannya pun akan berbeda. Misalnya pembelian dan kebutuhan seorang guru akan berbeda dengan siswa.

C. Faktor Budaya

Keputusan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh budaya, yang mencakup nilai-nilai atau ideologi dalam suatu perkumpulan atau komunitas tertentu. Beberapa cabang faktornya antara lain:

Budaya (Culture): Budaya ini mencakup nilai dasar, kebutuhan, keinginan, persepsi, atau preferensi yang diamati konsumen.
Cabang Kebudayaan (Subculture): Subkultur bisa berkaitan dengan segmen ras, agama, geografi, atau bahasa daerah.
Kelas Sosial (Social Class): Meliputi faktor pendapatan, pekerjaan, latar belakang keluarga, lokasi tempat tinggal, hingga pendidikan.

Baca Juga: Wajib Tahu! 4 Perbedaan Pelanggan dan Konsumen

D. Faktor Pribadi

Tentunya faktor pribadi juga mempengaruhi apa yang ingin mereka beli. Karena faktor ini, mereka memiliki persepsi keputusan pembeliannya sendiri, dan tentu akan berbeda dengan konsumen yang lain.

Hal-hal yang turut mempengaruhi faktor pribadi, diantaranya:

Usia (Age): Faktor usia turut mempengaruhi pembelian konsumen. Seorang remaja, paruh baya, atau lanjut usia, pasti memiliki prioritas kebutuhan berbeda.
Pendapatan (Income): Pendapatan juga turut mempengaruhi daya beli konsumen.
Pekerjaan (Occupation): Dari segi ini, konsumen akan membeli produk sesuai dengan kebutuhan profesinya.
Gaya Hidup (Lifestyle): Misalnya, seseorang yang menjalani gaya hidup sehat dengan yang biasa saja, keputusan pembeliannya akan berbeda.

E. Faktor Ekonomi

Keputusan pembelian juga bergantung pada kondisi ekonomi pasar atau suatu negara. Semakin positif (makmur dan kuat) kondisi ekonomi seseorang, maka berbanding lurus dengan potensi dan daya beli konsumen yang lebih tinggi.

Adapun beberapa hal yang mempengaruhi faktor ekonomi diantaranya adalah:

Penghasilan Pribadi (Personal Income): Penghasilan sering memberikan pengaruh pada keputusan konsumen dalam pembelian produk.
Pendapatan Keluarga (Family Income): Bukan hanya pribadi, ketika lebih banyak orang dalam keluarga yang memiliki penghasilan, maka akan berpengaruh pada pembelian.
Kredit Konsumen (Consumer Credit): Terkadang skema pembelian yang menyediakan kredit, juga dibutuhkan oleh beberapa segmen konsumen.
Aset Liquid (Liquid Assets): Aset likuid adalah aset yang bisa dikonversikan menjadi uang tunai, sehingga semakin memudahkan keputusan pembelian konsumen yang memilikinya.
Tabungan (Savings): Konsumen yang berorientasi mengumpulkan tabungan, pengeluaran atau pembelian akan lebih selektif.

Contoh Perilaku Konsumen yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Selain dari teori di atas, dapat diketahui pula bahwa biasanya keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal, yang diantaranya adalah:

Pengaruh Kelompok (Keluarga, Teman, Rekan Kerja, dll)
Kepercayaan Terhadap Brand/Merek
Kualitas Produk 
Harga (Sesuai Daya Beli)
Pengalaman Menggunakan Produk Sebelumnya

Baca Juga: Behavioral Targeting: Menyasar Kebiasaan Konsumen

Pertanyaan Seputar Contoh Perilaku Konsumen

Berikut beberapa pertanyaan tentang contoh perilaku konsumen yang telah diulas pada pembahasan sebelumnya:

Bagaimana cara mengenali tipe perilaku konsumen?

Caranya cukup mudah, yaitu perhatikan orang-orang yang membeli produk pada bisnis Anda. Setelah itu catat setiap pola tindakan yang berkaitan dengan produk.

Mengapa perilaku konsumen selalu berubah?

Hal ini disebabkan pada manusia sebagai makhluk yang dinamis. Selain itu menurut teori ekonomi bahwa sebuah pilihan produk bisa mencapai titik jenuh.

Penutup

Pada akhirnya kita sadar, bahwa berbagai konsumen akan menunjukkan perilaku yang beragam dan mungkin berbeda. Dari contoh perilaku konsumen dan studi kasusnya di atas, diharapkan bisa membantu Anda untuk memahami setiap konsumen.

Selain itu kita paham bahwa ada banyak studi pemasaran yang bisa dijelajah, termasuk mengenai perilaku konsumen ini.

Bila Anda melihat tulisan ini karena memiliki bisnis atau sebagai staff dari sebuah brand, tak ada salahnya menghubungi Sasana Digital. Dengan itu tim bisnis Anda bisa mengasah skill digital marketing yang tepat untuk bisnis.

Comments are closed